WASHINGTON (AFP) – Presiden terpilih AS Joe Biden akan bersikeras bahwa Iran menyetujui tuntutan baru jika ingin AS kembali ke kesepakatan nuklir dan mencabut sanksi, The New York Times mengatakan pada Rabu (2 Desember).
The Times mengatakan pemerintahan Biden akan berusaha untuk memperpanjang durasi “pembatasan produksi bahan fisil Iran yang dapat digunakan untuk membuat bom (nuklir)” dalam putaran negosiasi baru.
Iran juga harus mengatasi kegiatan regionalnya yang “memfitnah” melalui proksi di Lebanon, Irak, Suriah dan Yaman dalam pembicaraan yang harus mencakup tetangga Arabnya seperti Arab Saudi, kata laporan itu.
Presiden Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan pada 2018 dan telah memberlakukan kembali sanksi yang melumpuhkan terhadap Iran sebagai bagian dari kampanye “tekanan maksimum” terhadap musuh bebuyutan AS.
Biden, yang mengalahkan Trump di kotak suara bulan lalu, mengatakan selama kampanye bahwa ia bermaksud untuk menawarkan Iran “jalan yang kredibel kembali ke diplomasi”.
Dalam wawancara Times yang diterbitkan pada hari Rabu, Presiden AS yang akan datang berdiri dengan pandangan itu, mengatakan: “Ini akan sulit, tapi ya.”
“Dengar, ada banyak pembicaraan tentang rudal presisi dan semua hal lain yang mendestabilisasi kawasan ini,” kata Biden. Namun, ia menambahkan, “cara terbaik untuk mencapai stabilitas di kawasan ini” adalah berurusan “dengan program nuklir”.
Biden memperingatkan bahwa jika Iran memperoleh bom, itu akan memicu perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah, “dan hal sialan terakhir yang kita butuhkan di bagian dunia itu adalah penumpukan kemampuan nuklir”.
“Dalam konsultasi dengan sekutu dan mitra kami, kami akan terlibat dalam negosiasi dan perjanjian lanjutan untuk memperketat dan memperpanjang kendala nuklir Iran, serta mengatasi program rudal,” katanya kepada Times.